PANTAU punya tujuh kriteria untuk sumber-sumber anonim. Kesemuanya dibahas agak panjang lebar dalam buku Warp Speed
(1999) pada bab "The Rise of Anonymous Sourcing" (h. 33-42) karya Bill
Kovach dan Tom Rosenstiel, ketika mereka membahas pemakaian sumber
anonim pada kasus Monica Lewinsky.
Pada dasarnya, kita harus
ingat bahwa sumber yang anonim tak memberi kesempatan pada audiens kita
(pemirsa, pembaca, pendengar) untuk menentukan seberapa besar derajat
kepercayaan mereka pada sumber bersangkutan. Ini praktek yang harus kita
hindari karena kita harus bisa memberikan kesempatan kepada pembaca
kita untuk menentukan sendiri; seberapa besar ia mau percaya pada suatu
keterangan.
Seorang sumber anonim juga punya kecenderungan untuk
lebih kurang bertanggungjawab ketimbang sumber yang sama tapi
identitasnya disajikan dengan lengkap. Sumber anonim cenderung lebih
sering "bernyanyi" --kedengarannya merdu, sensasional, tapi esensinya
lebih kecil dari nyanyian.
Kita harus ekstra hati-hati dengan
sumber yang minta diberi status anonim. Frase yang sering dipakai
wartawan Indonesia, "menurut sebuah sumber yang layak dipercaya"
--meminjam gurauan satiris kita Hamid Basyaib-- harusnya bisa kita
artikan sebagai "sumber yang layak ditempeleng."
Jadi
berpeganglah pada tujuh kriteria sumber anonim ala Kovach dan
Rosenstiel. Seseorang bisa diberi status anonim bila ia memenuhi ketujuh
syarat sebagai berikut:
1. Sumber tersebut berada pada
lingkaran pertama "peristiwa berita" yang kita laporkan. Artinya, dia
menyaksikan sendiri, atau terlibat langsung, dalam peristiwa tersebut.
Dia bisa merupakan pelaku, korban atau saksi mata, tapi dia bukanlah
orang yang mendengar dari orang lain. Dia bukan pihak ketiga yang
melakukan analisis terhadap peristiwa itu. Dia bukan berada pada
lingkaran kedua, ketiga, dan seterusnya.
2. Keselamatan sumber
tersebut terancam bila identitasnya kita buka. Unsur "keselamatan" itu
secara masuk akal bisa diterima akal sehat audiens kita. Artinya, entah
nyawanya yang benar-benar terancam atau nyawa anggota keluarga
langsungnya yang terancam (anak, istri, suami, orang tua, saudara
kandung). Kalau sekedar "hubungan sosial" yang terancam, misalnya
pertemanan, maka ia tak termasuk faktor "keselamatan." Kalau sekedar
"kelangsungan pekerjaan" yang terancam, masih harus diperdebatkan lagi,
apakah benar dia akan kehilangan pekerjaan, dan apakah dia akan sulit
mendapat pekerjaan baru?
3. Motivasi sumber anonim memberikan
informasi murni untuk kepentingan publik. Kita harus mengukur apa
motivasi si sumber memberikan informasi. Banyak kasus di mana si sumber
memberikan informasi dan minta status anonim untuk menghantam lawan atau
orang yang tak disukainya. Banyak juga kasus di mana informasi anonim
diberikan karena hal itu menguntungkan si sumber tapi ia mau sembunyi
tangan.
4. Integritas sumber harus Anda perhatikan. Orang yang
sering mengarang cerita atau terbukti pernah berbohong atau pernah
menyalahgunakan status sumber anonim, tentu saja, jangan diberi
kesempatan jadi sumber anonim Anda lagi. Periksalah integritas sumber
Anda. Biasanya makin tinggi jabatan seseorang, makin sulit
mempertahankan integritas dirinya, sehingga Anda harus makin hati-hati
dengan status anonim. Kami praktis punya satu daftar hitam para pejabat
atau mantan pejabat Indonesia yang tak boleh kita beri status anonim.
5.
Harus seizin atasan Anda. Pemberian sumber anonim harus dilakukan
dengan sepengetahuan dan seizin atasan Anda. Bagaimana pun juga, editor
Anda yang harus bertanggungjawab kalau ada gugatan terhadap kinerja
jurnalistik kita. Ini prinsip dalam pekerjaan jurnalisme. Editor punya
hak veto terhadap suatu berita tapi si editor pula yang harus masuk
penjara atau membayar denda bila kalah di pengadilan. Lebih baik kita
berdebat duluan ketimbang ribut belakangan gara-gara suatu berita anonim
digugat orang.
6. Ingat aturan Ben Bradlee. Bradlee adalah
redaktur eksekutif harian The Washington Post zaman skandal Watergate.
Bradlee pernah mengeluarkan sebuah aturan yang terkenal tentang
pemakaian sumber anonim. Dia hanya mau meloloskan sebuah keterangan
anonim kalau sumbernya minimal dua orang. Dalam film All the President's Men,
Anda akan mengenali adegan di mana Bradlee minta reporter Bob Woodward
agar sumber anonimnya ditambah --untuk melakukan verifikasi terhadap
informasi yang sama.
7. Bill Kovach sendiri menambahkan satu
syarat lagi. Kita harus membuat sangat jelas dengan calon sumber anonim
kita bahwa perjanjian keanoniman akan batal dan nama mereka akan kita
buka ke hadapan publik, bila kelak terbukti si sumber berbohong atau
sengaja menyesatkan kita dengan informasinya. Ini perjanjian yang berat
karena konsekuensinya bermacam-macam tapi kita harus menjelaskan pada
sumber persyaratan ini.
Kami mohon tujuh syarat ini kita
perhatikan sebaik-baiknya. Kita tak punya uang untuk membayar pengacara
atau denda. Pantau adalah media kecil. Bahkan untuk membayar gaji pun,
kita tampaknya akan harus berusaha dan berpikir keras setiap bulan.
Satu-satunya cara untuk menghindar dari keluarnya biaya besar ini adalah
menjalankan prosedur jurnalisme dengan disiplin tinggi.
Banyak
sumber juga tak tahu bahwa sumber anonim memiliki syarat-syarat. Kami
harap Anda mau meluangkan waktu untuk menerangkan tujuh kriteria ini
pada orang yang menghendaki status anonim. Dari pengalaman kami, setelah
diterangkan panjang lebar, biasanya si sumber mengerti dan mau
memberikan informasi dengan identitas lengkap (nama dan atribut).
Mungkin informasinya tak spektakular tapi setidaknya ia bertanggungjawab
terhadap informasi yang diberikannya. ***
Di Sadur dari Blog Mas Andreas Harsono