Selasa, 05 Juni 2012

Singapura Dari Masa ke Masa


 
BUKU Singapura Tempo Doeloe: 1819-1942 merupakan salah satu seri Tempo Doeloe berbagai daerah di Indonesia dan Asia Tenggara. Buku terbitan Komunitas Bambu ini bertujuan menghadirkan kronik tak hanya bersifat nostalgia, tapi juga bernilai sejarah tinggi. Singapura bukan bagian dari Indonesia, tapi keduanya berada di wilayah laut yang sama, Samudera Hindia. Secara kultural Singapura dan Indonesia sama-sama memiliki akar budaya Melayu. Selain itu, pengaruh penduduk Tionghoa di Singapura tertanam kuat seperti halnya di Indonesia. Jadi dalam beberapa aspek ketika melihat Singapura kita tak ubahnya melihat bayangan di cermin.


Oleh Herman
Sejak dijadikan pos dagang Inggris oleh Raffles, Singapura telah menarik banyak pelancong. Singgah mereka terbayar dengan berbagai pengalaman dan pemandangan yang mengesankan. Kesan dan pengalaman para pelacong ke Singapura ini dituangkan dalam surat atau buku perjalanan. John Bastin telah memilah tulisan yang menggambarkan Singapura pada periode yang berbeda-beda, sejak kedatangan Raffles pada 1819 sampai Perang Dunia II ketika Jepang berhasil menakhlukkan tentara Inggris beserta pangkalan militernya pada 1942 di Singapura.

Soe Hok Gie, Sekali Lagi…

Oleh Herman




Judul: SOE HOK GIE, Sekali Lagi
Penulis: Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti, Nessy Luntungan R
Tahun terbit: 2010
Penerbit: KPG
Tebal: XL + 512 hal
MENGHIDUPKAN kembali sosok Soe Hok Gie. Penerbitan ini diwarnai maksud mengangkat sosok teladan. Di tengah krisis keadilan, hilangnya rasa malu, gencarnya semangat menggugat hukum saat ini, sosok Gie pantas ditampilkan. Begitu diungkapkan Jakob Oetama, Pemimpin Harian Kompas.
Kelebihannya? Gie pemikir, juga aktivis, man in the action. Gelisah dan terus menggugat. 

Gie seorang demonstran angkatan 66, arsitek long march mahasiswa dari Rawa-mangun ke Salemba menuntut harga bensin turun. Dia jarang pulang ke rumah di Kebon Jeruk. Hampir seluruh waktunya di kampus atau di jalan. Selain mengikuti kuliah, ia juga merencanakan, mengorganisasi demonstrasi, dan menghimpun kekuatan.

Cara Tauffani

Oleh Herman

 















TAUFANNI AYUNDA MAGHFIRAH. Ia kelahiran 29 November 1988 di Payakumbuh, Suma-tera Barat. Juni 2011 lalu, ia terpilih jadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Universitas Riau 2011.

Kegiatan ini ditaja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (UR). Ikuti Mawapres, kata Fanni, mengasyikkan. “Bisa jalin rasa kekeluargaan se Universitas Riau.” Fanni juga katakan, antar sesama Mawapres akan selenggarakan be-berapa program. “Kami sudah bentuk Mawapres Community.”