Tampak depan Novel Rumah di Seribu Ombak |
Oleh Herman
NOVEL Rumah Di Seribu Ombak bercerita soal persahabatan Samihi, seorang anak Muslim yang tinggal di Desa Kalidukuh, Singaraja, Bali, dengan Wayan Manik, sapaan akrabnya Yanik. Persahabatan keduanya dimulai ketika Yanik menolong Samihi dari keroyokan berandal Desa Temukus. Mereka coba mencuri sepeda Samihi.
Sejak saat itu, Samihi dan Yanik sering jalan bersama. Kecuali ketika Samihi mengaji di Mesjid dan sekolah. Walaupun beda agama, mereka bersa-habat saling menghormati. Umumnya masyarakat Hindu dan Muslim di Singaraja hidup berdampingan dalam kondisi rukun.
Samihi seorang anak yang trauma dengan air. Itu semua semenjak kematian kakaknya, Sabri. Ibunya sebelum meninggal berpesan agar Samihi menjauhi air. Sedangkan Yanik sebagai penganut agama Hindu, anak pantai sejati. Pantai Lovina dengan lumba-lumbanya, tempat Yanik habiskan waktu. Tempat cari nafkah sekaligus berselancar.
Suatu hari Samihi punya keinginan ikuti perlombaan mengaji. Yanik bantu Samihi perindah kemampuan mengaji. Ia dorong Samihi pelajari kesenian bernyanyi khas Bali; Mekidung.
Sayangnya, persahabatan yang saling melengkapi tersebut harus terhenti. Ternyata, Yanik punya cerita rahasia. Dia pernah jadi korban pelecehan seksual oleh warga negara asing. Dibantu Samihi, Yanik melawan dan mencuri bukti-bukti pelecehan di rumah turis itu.
Situasi itu cukup menggemparkan masyarakat desa Kalidukuh, bersamaan juga dengan kejadian Bom Bali di Legian. Keharmonisan toleransi antar agama di Singaraja pun mulai sedikit terganggu. Belakangan diketahui pelaku pemboman itu orang Muslim.
Yanik menghilang dan pindah ke desa lain membawa ibunya. Itu semua karena dia malu menanggung aibnya. Yanik juga kehilangan ayahnya saat ledakan bom di Legian yang menewaskan ratusan nyawa dari berbagai negara itu.
Sementara Samihi sangat kehilangan Yanik. Dia tak tahu kemana sahabatnya menghilang. Hari-harinya kelam. Tak ada lagi cerianya untuk bermain. Waktu-waktu dihabiskan sendirian.
Tapi sejak pertemuannya dengan Made membuat hidupnya sedikit berubah. Berbekal keberanian yang diajarkan Yanik. Samihi mencobanya lagi. Dia ingin capai cita-cita sahabatnya; bertarung bersama ombak. Samihi belajar bermain surfing berselancar di atas ombak. Ketakutan dilawannya. Dia mengusirnya jauh-jauh.
Pertemuannnya dengan Bli Komang membawanya jadi anak berprestasi. Samihi berhasil jadi pemain surfing handal. Dia dapat beasiswa belajar di Melbourne, Australia. Samihi tak pernah lupakan jasa sahabatnya. Itu semua selalu diingatnya.
Syamimi adik Samihi tumbuh menjadi seorang gadis. Rupanya sejak kecil Yanik sudah kagumi Syamimi. Hal itu langsung dikatakannya. Imi, panggilan Syamimi, terima cintanya. Belakangan ibu Yanik sering sakit-sakitan. Akhirnya meninggal dunia.
Yanik tak punya siapa-siapa lagi. Kecuali Imi. Tapi sejak mendengar Imi akan ke Australia, pupuslah harapan Yanik.
Sebelum subuh itu, setelah dia berdoa untuk kedua orang tuanya, untuk Samihi sahabatnya dan untuk kekasihnya Imi. Yanik pergi bersama ombak-ombak yang mengalun di samudera. Dia mendapatkan ketenangan di sana.
NOVEL di angkat dari kisah nyata ini ditulis Erwin Arnada dibalik jeruji besi. Selama sembilan bulan mendekam dalam penjara, kemudian ia dibebas murni tanpa bersalah oleh Mahkamah Agung karena sebuah kasus yang menurutnya berbaur politis.
Rumah Di Seribu Ombak kini menjadi best seller dan difilmkan. Fakta adanya kasus pedofilia (gangguan seksual) yang tak terekspose secara luas membuat Erwin coba sampaikan lewat bahasa sastra ini. Cerita ini ambil background Desa Kalidukuh Kabupaten Singaraja. Toleransi umat beragama di sana sangat tinggi. Kehidupan masyarakat yang harmonis. Tiap ada masalah pasti diselesaikan secara musyawarah.
Alur cerita yang runut dan mengalir bikin pembaca akan lebih mudah mengerti. Kalimat-kalimatnya yang diselingi bahasa Bali membuat kita bisa mengenal Bali lebih dekat.
Rumah Di Seribu Ombak novel perdana Erwin. Erwin terinspirasi kehidupan anak-anak di desa Kalidukuh. Seperti persahabatan Yanik dan Samihi bukan lah persahabatan biasa.
Mereka punya cita-cita dan semangat hidup. Menariknya, Erwin ketemu beberapa anggota LSM setempat dan wartawan tengah lakukan reportase tentang pelecehan seksual yang menimpa beberapa anak Singaraja.
Kembali ke Samihi. Kenangan bersama Yanik banyak ajarkan tentang rasa cinta dan kepasrahan hidup. “Pejamkan mata dan kosongkan pikiranmu, baru kau bisa mendengar suara-suara yang biasanya tidak bisa kau tangkap. Aku selalu melakukan ini jika sedang di tengah laut”.#
Judul :Rumah di Seribu Ombak
Pengarang : Erwin Arnada
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : Gagas Media
Tebal :388 halaman