Judul: SOE HOK GIE, Sekali Lagi
Penulis: Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti, Nessy Luntungan R
Tahun terbit: 2010
Penerbit: KPG
Tebal: XL + 512 hal
Kelebihannya? Gie pemikir, juga aktivis, man in the
action. Gelisah dan terus menggugat.
Gie seorang demonstran angkatan
66, arsitek long march mahasiswa dari Rawa-mangun ke Salemba menuntut
harga bensin turun. Dia jarang pulang ke rumah di Kebon Jeruk. Hampir
seluruh waktunya di kampus atau di jalan. Selain mengikuti kuliah, ia
juga merencanakan, mengorganisasi demonstrasi, dan menghimpun kekuatan.
Ini lanjutan buku Memoar Seorang Demon-stran karya
Agus Santoso. Buku sudah cetakan kedua 2010 ini lebih menekankan sosok
Gie dimata teman-temannya. Rudy Badil dan kawan-kawan, mengurai panjang
lebar sosok Gie. Mereka ibarat “tukang kebun” dalam sejarah
perjuangan kita. Mereka menyirami kebun kita penuh dengan bunga, ada
putih, ada merah. Mereka tak minta apa-apa, hanya ingin melihat kebun
Indonesia tak dikotori penguasa. Itulah warisan ditinggalkan Gie untuk
kita semua.
Buku sebelumnya, ada nama Sunarti. Teman kuliah Gie
di UI. Sunarti nama samaran. Buku ini dijelaskan siapa Sunarti. Bab
Surat Terbuka Ker Buat Gie hal 147. Sunarti teman dekat Gie. Teman dekat
Gie yang pernah mengirim surat pada Gie 10 kali. Setelah Sunarti
menyelesaikan kuliahnya, lalu kembali ke Rumbai, Pekanbaru.
Buku ini memaparkan detail tragedi meninggalnya Hok-Gie di gunung Semeru. Ada
juga foto-foto aktivitas Gie. Tulisan Gie juga tercantum; tajam,
menggigit, sinis, dan terus terang itu kadang menyentuh tabula rasa
nama-nama orang yang ditulisnya. Bahkan catatan harian Gie jadi
inspirasi gerakan mahasiswa tahun 80-an. ***