Gedung FKIP Olahraga Rumbai juga ciptakan atlet Nasional. Bahkan Internasional. Tapi minim perawatan.
Oleh Herman
KAMPUS PENDIDIKAN Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau. Ia berada di Jalan Paus Nomor 5 Rumbai. Dari simpang empat lampu merah Jalan Yossudarso—lewati Jembatan Siak I bila dari pusat kota Pekanbaru—belok kanan. Kampus berada di sebelah kiri.
Gedungnya berwarna kuning gading. Ia bangunan lama tak bertingkat terletak di atas tanah seluas 3,5 hektar. Gerbang setinggi 1,5 meter membatasi gedung dengan Jalan Paus. Melongok ke kiri dari gerbang masuk, akan terlihat kantin ma-hasiswa. Bila diikuti jalan tersebut, akan ketemu lapangan kosong.
Lapangan ini biasa digunakan untuk parkir motor mahasiswa. Tak ada petunjuk parkir apapun, sehingga mahasiswa terbiasa parkir motor sembarangan di lapangan itu. Mushola berdiri di tepi lapangan.
Kampus Pendidikan Olahraga terbagi jadi tiga gedung. Gedung pertama adalah gedung yang terlihat begitu masuk gerbang kampus. Bila berjalan dari tempat parkir motor pun akan dijumpai gedung pertama. Ada lorong panjang di gedung pertama tersebut.
Berjalan lurus mengikuti lorong dari tempat parkir motor, dua ruangan pertama merupakan ruangan kelas. Sebelahnya sekretariat Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Perpustakaan kampus, ruang ujian sarjana, ruang tata usaha berturut-turut di sebelah sekre Hima Pen-didikan Kepelatihan. Sebelahnya lagi ada lobi. Lobi terletak tepat di tengah gedung pertama. Kemudian ruang prodi, ruang dosen, kelas praktikum, sekretariat Hima Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi (Penjaskesrek), dan gudang di ujung lorong.
Jika berjalan ke sisi kiri dari tempat parkir motor, akan dijumpai lorong gedung kedua. Gedung kedua ini hanya terdiri dari empat kelas. Dua kelas pertama kondisinya cukup baik, sedangkan dua kelas lagi sudah tidak digunakan. Tak ada kursi di dua kelas tersebut. Plafon atap terlihat lekang dan terkelupas. Sebagian kaca jendela juga sudah hilang. Di antara dua kelas yang tak digunakan tersebut, satu kelas sudah dijadikan gudang.
Di ujung lorong ada toilet. Dari kondisinya, terlihat toilet ini tak digunakan lagi. Klosetnya dipenuhi sampah bekas minuman gelas. Lantainya pun berserakan sampah plastik.
Berjalan lurus dari toilet ada lorong kecil. Lorong tersebut menuju asrama kampus. Sedangkan bila belok kanan dari toilet di gedung dua, akan dijumpai gedung ketiga. Gedung ini digunakan sebagai ruang serba guna. Serba guna terdiri dari dua ruangan yang disatukan. Banyak matras di ruang serba guna. Namun beberapa kaca jendelanya sudah hilang. Dua dari tujuh kipas angin tak berfungsi lagi. Sebagian plafon pun sudah lepas dan lekang.
Sebelah gedung serba guna ada gedung yang sudah tak terpakai. Dulunya digunakan untuk sekre hima. Posisinya agak menjorok ke depan dibanding gedung serba guna.
Di belakang gedung bekas sekre hima ada sebuah bangunan tak terawat. Sampah berserakan. Ada meja dengan posisi terbalik. Di belakangnya lagi laboratorium. Setelah mendapat bantuan alat praktek fitnes dari Menteri Pemuda dan Olahraga, labor ini baru difungsikan dan dirawat kembali. Luas labor sekitar 10 x 5 meter persegi. Ia berisi lima macam alat fitnes. Rusak Satu. Ada pula barbel serta alat pengukur ketinggian lompat dan kecepatan reaksi. Cat labor berwarna hijau.
Di belakang labor ada bangunan bekas kantin mahasiswa. Kini sudah tak terpakai. Sebelahnya rumah seo-rang dosen kampus Pendidikan Olahraga. Sebelah rumah dosen ada labor praktek tenis meja. Plafon labor ada yang terkelupas. Beberapa kaca di ruangan praktek ini pun sudah hilang. Labor tersebut tepat di belakang gedung serba guna.
Di tengah bangunan kampus Pendidikan Olahraga ada lapangan basket, takraw, voli, dan bola kaki. Ia dikelilingi ketiga bagian gedung kampus.
Khusus gedung asrama mahasiswa. Ia terdiri dari 8 blok, 4 di lantai atas dan 4 di lantai bawah. Asrama hanya khusus bagi mahasiswa lelaki. Masing-masing blok ada 5 kamar. Blok pertama bernama Asoka, letak-nya di atas. Blok lantai bawahnya tak bernama.
Di depannya blog Serindit dan Merpati. Serindit di lantai bawah, sedangkan Merpati di lantai atas. Di belakang blok Serindit ada bak mandi berukuran sekitar 1x3 meter. Bak mandi ini sering digunakan penghuni asrama untuk mandi bersama.
Penyebabnya, kamar mandi ba-nyak tak berfungsi. Setiap blok ada dua kamar mandi. “Dari 16 kamar mandi di asrama, cuma dua yang berfungsi,” kata Riski, penghuni asrama. Plafon asrama, terutama blok Serindit, sudah mengelupas. Malah ada yang sudah bolong. Temboknya coret-coret.
Di sebelah blok Asoka ada dua blok lagi. Lantai bawah blok Anggrek, lantai atas tak bernama. Di depan blok Anggrek ada blok Merpati di lantai atas. Blok lantai bawahnya juga tak bernama. “Rata-rata yang ditempati mahasiswa hanya blok atas, kecuali blok Anggrek,” ujar Zulkarnain, ketua asrama. Blok bagian bawah mereka gunakan untuk parkir motor.
Menurut Zulkarnain, mahasiswa yang tinggal di asrama sekitar 35 orang. Mereka dikenakan biaya Rp 80 ribu per bulan.
“KAMPUS INI sepertinya tak terurus. Tak ada perawatan,” keluh Albert Simon, mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, kuliah di kampus Pendidikan Olahraga sejak tahun 2008.
Mustopik juga mengeluhkan hal serupa. Ia mengeluhkan perlengkapan dalam kelas sangat kurang. “Kursi, papan tulis, penghapus. Lampu hanya hidup sebagian. Dua ruangan kursinya sama sekali tak ada,” ucap Ketua Hima Penjaskesrek ini.
Namun dari sisi fasilitas ia nilai sudah cukup baik. Hal senada diungkapkan Rian Ahmad Jani, mahasiswa Pendidikan Kepalatihan Olahraga angkatan 2010.
Setahu Mustopik, kampus mereka belum pernah direnovasi atau dicat sejak dibentuknya Jurusan Pendidikan Olahraga tahun 2007. Bangunan kampus didirikan tahun 1976. Awalnya ia berupa gedung Sekolah Menengah Olahraga (SMOA). Tahun 1983 jadi Sekolah Guru Olahraga (SGO). Setelah SGO bubar, ia jadi gedung Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) D II tahun 1991. “Saat dibentuk Jurusan Pendidikan Olahraga, PGSD juga masih di sini,” kata Rahmadi, Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga.
Rahmadi cerita, mahasiswa Pendidikan Olahraga kini sekitar 500 orang. Dosen tetap 11 orang. “Kalau bisa ada penambahan dosen, jadi imbang dengan jumlah mahasiswa,” harap Rahmadi.
Warga kampus Pendidikan Olahraga sedang terganggu dengan pembangunan gedung PON 2012 di kampus mereka. Alat berat sudah masuk ke areal kampus. Rencana akan ada penambahan areal untuk P-ON di sana. Sampai kini sudah dibangun GOR se-nam, GOR atletik, GOR basket, dan kolam renang di belakang kampus Pendidikan Olahraga. “Kami belum tahu gedung apa saja yang akan dibangun lagi,” kata Rahmadi.
“Ada desas-desus kami mau dipindahkan ke Kampus Panam. Tapi belum jelas juga,” cerita Rahmadi. Bila jadi pindah, ia usul agar fasilitas praktek sudah lengkap dan tidak dipakai untuk umum. “Mata kuliah kita 70 persen praktek. Kalau dipakai sama jurusan lain, kan jadi terganggu.”
Nur Mustafa, Dekan FKIP ketika dikonfirmasi menyatakan akan segera menambah fasilitas dan kelengkapan kampus yang masih kurang. Soal desas-desus pindah ke kampus UR Panam, “Belum ada itu. Tapi kalau mau dipakai untuk PON silahkan. Kita juga tak bisa paksa karena itu tanah negara. Yang penting jelas hitam di atas putihnya,” ujar Nur. Yang pasti, tambah Nur, keputusan tersebut ada di tangan Gubernur Riau, bukan Rektor UR.
Pada acara Dialog Publik bersama Rektor UR yang ditaja oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UR, Sabtu sore (14/1) di halaman depan Rektorat. Dr. Rahmat, MT Pembantu Rektor III UR mengatakan, “Terkait kawasan kampus Olahraga di Rumbai, pemerintah sudah berjanji akan dipindahkan. Tapi kita dari pihak Rektorat tidak akan menerima kalau pindahnya begitu saja. Semua fasilitas baik praktek maupun teori harus sudah tersedia dulu sebelum pindah,” ujarnya. Rahmat tegaskan sebelum itu semua siap kampus Olahraga tidak boleh pindah.
MESKI GEDUNG tak terawat, cukup banyak mahasiswa Pendidikan Olahraga yang berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Seperti Rivo Ariyanda, Permadi, dan Anggi Setiawan untuk cabang silat. Ada pula Amat di cabang atletik dan Suripto di cabang takraw putra.
Masih ada Siti Maisyarah dan Sutini. Dua kakak beradik ini telah berlaga di tingkat internasional untuk cabang olahraga takraw putri.
Siti kini duduk di semester akhir. Ia bercerita, ketika tahun 2008, saat PGSD masih ada, kampus lumayan ramai. “Kalau mau belajar di kelas, biasanya berlomba dengan anak PGSD. Kalau tak dapat kelas, terpaksa belajar di luar,” katanya.
Sebenarnya hingga kini mereka masih rebutan kelas. Hanya saja penyebabnya beda. “Kalau sekarang ruangannya ada, tapi bangkunya tidak ada,” sebutnya. Namun ia mengaku, kondisi tersebut tak menghambat prestasi olahraganya. Siti pernah meraih perak untuk cabang takraw putri di SEA Games XXVI Jakabaring Sport Center, Palembang, Sumatera Selatan. Ia juga pernah ikut The 26th King’s Cup di Thailand tahun 2011.
Sutini, adik Siti yang kini duduk di semester lima, mengeluhkan hal berbeda. “WC gak bersih, air tidak ada, kalau kebelet terpaksa pergi ke tempat teman,” cerita mahasiswa yang pernah ikut Asean Beach Games di Oman tahun 2010. #